I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun sebuah
peradaban, khususnya peradaban yang Islami. Bahkan, ayat pertama[1] diturunkan oleh Allah sangat
berhubungan dengan pendidikan. Proses dakwah Rasulullahpun dalam menyebarkan
Islam dan membangun peradaban tidak lepas dari pendidikan Rasul terhadap para
sahabat.
Dimulai dari sebuah rumah kecil “Darul Arqom” sampai membentang ke
seberang benua. Diawali beberapa sahabat sampai tersebar ke jutaan umat manusia
di penjuru dunia. Sebuah proses yang pernah menorehkan sejarah peradaban yang
membanggakan bagi umat Islam, Madinah Al Munawarah.
Sejarahpun mencatat banyak
Negara yang memperkokoh bangsanya ataupun bisa segera bangkit dari keterpurukan
dengan upaya membangun pendidikan. Wajar, karena dari pendidikanlah lahir
sebuah generasi yang diharapkan mampu membangun peradaban tersebut. Hal
tersebut mengisyaratkan bahwa kemajuan pendidikan akan menjadi salah satu
pengaruh kuat terhadap kemajuan atau kegemilangan sebuah peradaban.
Namun, konsep atau teori pendidikan mengalami sebuah perdebatan hangat bagi
para pakar atau ilmuwan. Peran pendidikan yang semakin disadari pentingnya
dalam melahirkan sebuah generasi tidaklah cukup tanpa disertai oleh konsep yang
benar.
Apabila kita menerima teori ilmiah empiris sebagai sebuah paradigma
dalam teori pendidikan, maka disadari atau tidak berarti kita telah
meninggalkan hal-hal yang bersifat metafisis dalam Al Qur’an dan Sunnah.
Metode
ilmiah dalam membangun sebuah teori harus dapat diamati oleh panca indera.
Sebuah teori yang belum bisa dibuktikan secara empiris tidak bisa dijadikan
dasar dalam menyusun sebuah teori termasuk didalamnya teori pendidikan.
Padahal, Al Qur’an yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad SAW, dari masa ke masa
selalu berkembang pembuktian terhadap mukjizat Ilmiahnya, mulai dari masa
lampau sampai masa yang akan datang. Menyesuaikan dengan kemampuan manusia
dalam membaca mukjizat tersebut[2]. Dalam Surat Al-An’am ayat 38:
“Dan tiadalah
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun
dalam Al-Kitab[472], Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”[472].
Sebahagian Mufassirin menafsirkan
Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu
sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang
menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu Telah ada
pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
Ditegaskan juga dalam ayat lain, yaitu surat An Nahl ayat 89
Artinya:
“(dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan
pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan kami
turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
Untuk itu menjadi hal yang sangat penting dan mendasar bagi para muslim
untuk memahami konsep pendidikan menurut Al Qur’an dan Al Sunnah. Konsep dasar
yang perlu untuk dikaji berawal dari definisi atau pengertian pendidikan yang
disandarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah[3].
II. POKOK
PEMBAHASAN
Dari beberapa persoalan di atas maka dapat kami rumuskan dalam pokok
pembahasan sebagaiberikut:
Bagaimana Pendidikan Dalam Pandangan AlQur’an dan As Sunnah?
- Apakah Pengertian Tarbiyah?
- Apakah Pengertian Ta'lim?
- Apakah Pengertian Ta'dib?
- Seperti Apakah Perbedaan Antara Konsep Makalah ta'lim, ta'dib dan Tarbiyah?
- Bagaimanakah Perbandingan Antara Konsep Ta'lim, Ta'dib dan Tarbiyah?
PEMBAHASAN MAKALAH TARBIYAH TA'LIM DAN TA'DIB
III. PEMBAHASAN
Pendidikan Dalam Pandangan AlQur’an dan As Sunnah
Sangat penting jika di awal kita memastikan pengertian pendidikan yang
didasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah. Karena berangkat dari pengertian
inilah akan menjadikan pondasi yang akan menyangkut konsep bangunan pendidikan
itu sendiri.
Istilahpun akan memberikan pemahaman yang utuh, mengingat istilah
tidaklah bebas nilai akan tetapi sarat akan nilai-nilai yang mengikutinya.
Dalam hal pendidikan, bersandar pada Al Qur’an dan Hadith dikenal beberapa
istilah yang dianggap mewakili pengertian tersebut.
Hal ini disebabkan istilah
pendidikan tidak disebutkan secara langsung dalam Al Qur’an dan Al Hadith.
Sebenarnya, banyak istilah yang dianggap mendekati makna pendidikan,
diantaranya Al Tansyi’ah, al Islah, Al Ta'dib atau al Adab, Al Tahzib,
Al Tahir, Al Tazkiyyah, Al Ta'lim, Al Siyasah, Al Nash wa Al Irsyad dan al
Akhlaq bahkan sumber lain menambahkan dengan istilah at Tabyin dan at
Tadris[4].
Namun, dalam persidangan dunia pertama
mengenai pendidikan islam pada tahun 1977, menegaskan bahwa pendidikan
didefinisikan sebagai Al Tarbiyah, Al Ta'lim dan Al Ta’dib secara
bersama-sama.
a.
Ta'lim
Secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta'liman),
secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian
pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta'lim merupakan
proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga
diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap
menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya (
ketrampilan).
Mengacu pada definisi ini, ta'lim, berarti adalah
usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi
‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat
78,
“dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar
kamu bersyukur”.
“Barang siapa yang mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang
yang mengamalkannya”.
“Di antara amal dan kebaikan yang menyusul seseorang sesudah matinya
adalah: ilmu yang dia ajarkan dan sebarluaskan, …”.
Sa’ad bin Abu Waqqash r.a berkata:
كُـنَّا نُعَـلِّمُ
أَوْلاَدَنَا مَغـَازِىْ رَسُوْلِ اللهِ صَـلىَّ اللهُ عَلَيـْهِ وَسَـلَّمَ
كَمَـا نُعَلِّمُـهُمُ السُّـوْرَةَ مِـنَ الْقُـرْآنِ
“Kami mengajar anak-anak kami riwayat hidup Rasulullah SAW. seperti kami mengajarkan satu surat dari Al
Qur’an”
b.
Ta’dib
Merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban,
yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan
sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan
akhlak atau budi pekerti pelajar.
Ta’dib sebagai istilah yang paling
mewakili dari makna pendidikan berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadith dikemukakan
oleh Syed Naquib Al Attas[7] Al Attas memaknai pendidikan dari
hadith.
أَدَّبَنِى رَبِّى
اَحْسَنَ تَأْدِِيْـبِى
“Tuhanku (Allah) telah mendidikku dengan pendidikan yang terbaik”.
Selanjutnya Al Attas menyampaikan[8] ”Dalam pendefinisian kita tentang ’makna’, kita katakan bahwa ’makna’
adalah pengenalan tempat segala sesuatu dalam sebuah sistem. Karena pengetahuan
terdiri dari sampainya, baik dalam arti hushul dan wushul, makna
Di dalam dan
oleh jiwa, maka kita definisikan ’pengetahuan’ sebagai pengenalan tempat-tempat
yang tepat dari segala sesuatu di dalam penciptaan sedemikian rupa. Sehingga
hal ini membawa kepada pengenalan tentang tempat yang tepat dari Tuhan dalam
tatanan wujud dan keperiadaan.
Agar pengetahuan bisa dijadikan ’pengetahuan’,
kita masukkan unsur dasar pengakuan di dalam pengenalan, dan kita definisikan
kandungan pendidikan ini sebagai pengenalan. Dan pengakuan tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam keteraturan penciptaan sedemikian rupa,
sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat
Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepriadaan.
Kemudian kita definisikan
pendidikan, termasuk pula proses pendidikan, sebagai pengenalan dan pengakuan
yang secara berangsur-angsur ditanamkan dalam manusia tentang tempat-tempat
yang tepat. Dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, ini
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam
tatanan wujud dan keperiadaan.
Hadith tersebut memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah.
Sehingga pendidikan yang beliau peroleh adalah sebaik-baik pendidikan. Dengan
demikian dalam pendangan filsafat pendidikan Islam. Rasulullah merupakan
pendidik utama yang harus dijadikan teladan.[9]
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa. Sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan
dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya.
Definisi ini, ta'dib mencakup
unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta'lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh
sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep
pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta'lim, dan ta'dib sekaligus.
Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat
untuk menunjukkan dalam arti Islam.
c.
Tarbiyah
Tarbiyyah merupakan salah satu konsep
pendidikan Islam yang penting. Perkataan “tarbiyyah” berasal
dari bahasa Arab yang dipetik dari fi’il (kata kerja) seperti
berikut :
a.
Rabba,
yarbu yang berarti tumbuh, bertambah,
berkembang.
b.
Rabbi,
yarba yang berarti tumbuh menjadi lebih
besar, menjadi lebih dewasa.
c. Rabba,
yarubbu yang berarti memperbaiki, mengatur,
mengurus dan mendidik, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.
Melalui pengertian tersebut, konsep tarbiyyah merupakan
proses mendidik manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia ke
arah yang lebih sempurna. Ia bukan saja dilihat proses mendidik saja tetapi
merangkumi proses mengurus dan mengatur supaya perjalanan kehidupan berjalan
dengan lancar.
Berdasarkan penafsiran pada surat Al Fatihah ayat 2,
“Segala puji bagi
Allah, Rabb semesta alam”.
Terdapat penafsiran terhadap ayat tersebut yaitu Allah itu Pendidik semesta
alam tak ada suatu juga dari makhluk Allah itu terjauh dari didikan-Nya. Allah
mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia
menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu
guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.
Selain daripada Allah sebagai Pendidik, manusia juga boleh menjadi
pendidik berdasarkan firman Allah:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua Telah mendidik Aku waktu kecil”.
Walaupun ayat ini dalam beberapa tafsir banyak menitikberatkan pembahasan
pada kewajiban anak terhadap orang tua. Namun kata “Rabba” yang diartikan
mendidik memberikan pembentukan istilah darinya yaitu tarbiyyah yang
berarti diartikan sebagai pendidikan.
Kata Al Rabb juga berasal dari kata tarbiyyah yang
berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan dengan bertahap atau membuat
sesuatu untuk mencapai kesempurnaannya secara bertahap.
Di dalam Al Qur’an, kata rabba diartikan mengasuh seperti
pada surat Al Syu’ara, ayat 18
PENUTUP MAKALAH TARBIYAH TA'LIM DAN TA'DIB
Demikianlah Artikel ini, kami berharap bisa memberikan manfaat serta isnpirasi dan Sekianlah artikel kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel bermanfaat dalam situs kami, terima kasih atas kunjungan anda.