TANGGUNG JAWAB SEORANG PEMIMPIN;
Kajian Analisis Tematik atas Sabda
Nabi
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara universal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki potensi
kemakhlukan yang paling bagus, mulia, pandai, dan cerdas. Mereka mendapatkan kepercayaan
untuk menjalankan dan mengembankan titah-titah amanat-Nya serta memperoleh
kasih sayang-Nya yang sempurna.[1]
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya
memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba ('abdulla>h)[2]
yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada-Nya sebagai bentuk tanggung
jawab 'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya.[3]
Kedua, sebagai khali>fatulla>h yang memiliki jabatan ilahiyah
sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.[4]
Dengan kata lain, manusia sebagai khali>fah berkewajiban untuk
menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik
untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.[5]
Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanat ketuhanan yang sungguh
besar dan berat. Oleh karena itu, semua yang ada di langit dan di bumi menolak
amanat yang sebelumnya telah Allah tawarkan kepada mereka. Akan tetapi, manusia
berani menerima amanat tersebut, padahal ia memiliki potensi untuk mengingkarinya.
$¯RÎ)
$oYôÊttã
sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
ÉA$t6Éfø9$#ur
ú÷üt/r'sù
br&
$pks]ù=ÏJøts
z`ø)xÿô©r&ur
$pk÷]ÏB
$ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$#
( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß
Zwqßgy_ ÇÐËÈ
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh"[6]
Ibn 'Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kasir dalam tafsirnya "Tafsi>r
al-Qur'a>n al-'Az}i>m" menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
amanat pada ayat di atas adalah ketaatan dan penghambaan atau ketekunan
beribadah.[7] Ada juga yang memaknai
kata amanah sebagai al-takli>f atau pembebanan, karena orang yang
tidak sanggup memenuhinya berarti membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang
melaksanakannya akan memperoleh kemuliaan.[8]
Dari sekian banyak penafsiran ulama tentang amanah, dapat ditarik sebuah
"benang merah" yang dapat menghubungkan antara satu dengan yang lain,
yaitu al-mas'uliyyah (tanggung jawab) atas anugerah Tuhan yang diberikan
kepada manusia, baik berupa jabatan (hamba sekaligus khalifah) maupun nikmat
yang sedemikian banyak. Dengan kata lain, manusia berkewajiban untuk
menyampaikan "laporan pertanggungjawaban" di hadapan Allah atas
limpahan karunia Ilahi yang diberikan kepadanya. Hal ini juga berarti bahwa
pemimpin bukan hanya orang yang memiliki jabatan organisasi/instansi dan atau
lembaga tertentu tetapi setiap manusia adalah pemimpin skala paling kecil.
Hanya saja kebanyakan manusia tidak memiliki skill dan keterampilan dalam
menjalankan amanah tersebut sehingga "LPJ-nya" ditolak yang berdampak
pada kerusakan serta ketidakaturan, baik dirinya maupun alam raya ini. Padahal,
Rasulullah saw, sudah sangat jelas mengingatkan umatnya mengenai eksistensi
mereka di dunia. Ibarat penggembala yang bertugas memelihara, mengawasi, dan
melindungi gembalaannya.
Oleh karena itu, penulis, di dalam makalah ini mengajak pembaca untuk
merenungi dan menganalisa lebih jauh mengenai tanggung jawab pemimpin dalam
perspektif hadis Nabi, sebagai sumber kedua ajaran Islam sekaligus gambaran
personifikasi Rasulullah dalam mewujudkan kepemimpinan yang amanah.
Hanya saja, pembahasan makalah ini dibatasi pada salah satu hadis
Rasulullah yang driwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah ibn Umar, yaitu:
عن
عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: ألا كلكم
راع وكلكم مسؤول عن رعيته فالإمام الاعظم الذي على الناس راع وهو مسؤول عن رعيته
والرجل راع على أهل بيته وهو مسؤول عن رعيته والمرأة راعية على أهل بيت زوجها
وولده وهي مسؤولة عنهم وعبد الرجل راع على مال سيده وهو مسؤول عنه ألا فكلكم راع
وكلكم مسؤول عن رعيته
"…… Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw telah
bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan
bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai
pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimmpinnya. Suami adalah pemimpin
bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang keluarga yang
dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak
adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu. Maka
camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta
pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya”[9]
B.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini, yaitu upaya memahami tanggung jawab
pemimpin berdasarkan hadis Nabi kullukum ra>'in wa kullukum mas'u>lun
'an ra'iyyatihi, maka permasalahan pokok yang akan diangkat sebagai kajian
utama tergambar dalam rumusan musalah berikut:
- Bagaimana pengertian pemimpin, apakah benar setiap orang adalah pemimpin?
- Bagaimana konsep pemimpin??
- Bagaimana batas ketaatan kepada pemimpin?
PEMBAHASAN
A.
SETIAP MUSLIM PEMIMPIN
a)
Pengertian
Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin
adalah untuk melaksanakan ketaatan kepada allah dan rosul-nya serta
melaksanakan perintah perintahnya. Ibnu tamyah mengungkapkan bahwa kewajiban
seorang pemimpin yang telah ditunjuk dipandang dari segi agama dan dari
segi ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada allah. Pendekatan diri kepada
allah adalah dengan mentaati pelaturan pelaturannya dan rosul-nya. Namun hal
itu sering di salah gunakan oleh orang orang yang ingin mencapai kedudukan dan
harta. Dalam hadits imam bukhori dalam kitab “budak”, bab: “ dibencinya
memperpanjang perbudakan” dikatakan sebagai berikut :
عَبْدُ اللهِ بْن عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ان رسول الله
صلعم كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع وهو
مسؤل عنهم وَالرَّجُلُ رَاعِ على أَهْلِ بيته وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهم
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ على بَيْتِ بعلها وولده وهي وَمَسْئُولَةٌ عَنْهم والبعد
راع على مال سَيِّدِهِ وهو وَمَسْئُولٌ عَنْه. الا فكُلُّكُمْ رَاعٍ وكلكم
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه ( أخرجه البخاري فى : - كتاب العتق: :با ب
كراهية التطاول على الفيق)
Artinya :
Dari Ibn
Umar r.a. Berkata bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda :”Kalian semuanya adalah
pemimpin (pemelihar) dan bertanggung jawaban terhadap rakyatnya. pemimpin
akan ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami pemimpin keluargnya dan
akan di tanya tentang keluarga yang dipimpinnya. Istri memelihara rumah suami
dan anak-anaknya dan akan di tanya tentang hal yang dipimpinnya. Seorang hamba
(buruh) memelihara harta majikannya dan akan ditanya tentang pemeliharaannya.
Camkanlah bahwa kalian semua pemimpin dan akan dituntut ( diminta pertanggung
jawaban ) tentang hal yang dipimpinnya.”
Pemimpin atau pemelihara dalam hadis di atas disebut
dengan kata “ra’in” adalah pemelihara yang selalu berusaha untuk menciptakan
kemaslahatan bagi setiap anggota yang berada dalam pemeliharaannya. Ia adalah
orang yang diberikan kepercayaan untuk mengurus dan memelihara segala sesuatu
yang menjadi beban atau tugas yang harus dilaksanakannya (ra’iyyah). Seorang
pemimpin didaulat penuh oleh rakyat untuk mengemban amanah sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, seorang pemimpin harus senantiasa menegakkan supremasi hukum dengan
adil dan bijaksana, memberikan hak-hak rakyat, menjamin kemerdekaan
berpendapat, berserikat, menjalankan ibadah menurut keyakinan mereka
masing-masing. Mereka juga harus mendukung setiap langkah yang positif untuk
membangun bangsa yang beradab, adil, dan sejahtera.
b)
Sarat pemimpin
1.
seorang pemimpin harus memiliki jiwa
kepemimpinan.
2.
Pemimpin itu harus kaya ide,
3.
semangat tinggi untuk mewujudkan idenya
itu,
4.
sabar,
5.
ikhlas,
6.
suka berkorban dan tentu saja memiliki
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk komunitas yang dipimpinnya.
Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadis
diatas adalah bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi
dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus
dipertanggungjawabkan. Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang
sama setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan
solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh yang ia
ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas.
Dengan demikian, setiap orang islam harus berusaha
untuk menjadi pemimpin yang paling baik dan segala tindakannya tanpa di dasari
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan tertentu. Akan tetapi pemimpin
yang adil dan betul-betul memperhatikan dan berbuat sesuai dengan aspirasi
rakyatnya, sebagai mana di perintahkan oleh allah SWT. Dalam Al-quran :
ان الله يأ مر با لعدل
والاحسان ( النحل : )
Artinya: “ sesungguhnya allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik
“.
Ayat di atas jelas selas sekali memerintahkan untuk
berbuat adil kepada setiap pemimpin apa saja dan di mana saja. Begitu pula
dengan para suami, istri, pengembala, dan siapa saja yang memiliki tanggung
jawab dalam memimpin harus berusaha untuk berlaku adil dalam memimpinnya
sehingga ia dapat kemulian sebagai mana janji allah SWT.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ
عَيْنَاهُ
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda :
“Ada tujuh
golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali
naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, Pemuda yang senantiasa beribadah
kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya senantiasa digantungkan
(dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling mencintai karena Allah, yang
keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang ketika
diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia menjawab
:”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang yang mengeluarkan sedekah
sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di
tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.”
Yang disebutkan dalam salah satu hadist nabi muhammad
SAW bahwa para pemimpin yang adil ialah termasuk salah satu golongan dari tujuh
golongan yang akan memperoleh naungan, kecuali arasy di hari kiamat, yakni pada
hari yang tidak ada naungan kecuali atas izin allah SWT. Dengan demikian,
kebahagian dan pahala yang besar menunggu para pemimpin yang adil, baik di
dunia dan terutama kelak di akhirat. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah
hadits:
وعنبدالله بن عمروبن العاص رضى الله عنه قال : قالرسول الله
صلعم : ان المقسطين عند الله على منا بر من نور الذ ين يعد لون فى حكمهم فى اهلهم
و ما ولوا ( رواه مسلم )
Artinya : “Abdullah ibnu al-umru al-ash berkata, rasullullah SAW.
Bersabda, “ sesungguhnya orang orang yang berlaku adil, kelak disisi allah
ditempatkan diatas mimbar dari cahaya yaitu yang adil dalam hukum terhadap
keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) mereka”.
Sebaliknya , para pemimpin yang tidak adil akan
memperoleh kehancuran dan ketidak tertiban di dunia dan baginya siksa yang
berat diakhirat kelak, apabila di dunia luput, ia tidak luput dari
siksaan akhirat. Oleh karena itu, tepat sekali apa yang dicantumkan dalam
sebuah kaidah fiqh: “Kebijakan seorang imam harus berdasarkan pada kemaslahatan
masyarakatnya.”[10]
B.
PEMIMPIN PELAYANAN MASYARAKAT
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas
(accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan
dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada Allah kelak di akhirat nanti.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar
setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan
pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya.
Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun
tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh
pengendalian diri, dan tidak mudah emosi. Oleh karena itu pemimpin mempunyi
tanggung jawab yang sangat besar bagi bangsa ataupun organisasinya yang
dipimpin baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti. Semua dalil itu patut
menjadi perhatian bagi kita terutama pemimpin umat islam dan para penguasa yang
ingin selamat dari siksa neraka. diantaranya hadits yang menyebutkan ancaman
bagi pemimpin yang tidak bertanggungjawab adalah sebagaimana disebutkan berikut
:
عن الحسنٲن
عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار فى مرضه الذي مات فيه فقل له معقل : ٳني
محد ثك حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم سمعت النبي صلى الله
عليه وسلم يقول مامن الترعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة ٳلا لم يجد را ئحة
الجنه. ( رواه البخار و مسلم)
Artinya :
“Dari
Al-Hasan, bahwa Ubaidillah bin Ziyad menjenguk maq’il berkata kepada Ubaidillah
bin Ziyad : Sesungguhnya saya akan menyampaikan kepadamu suatu hadits yang saya
dengar dari Rosululloh SAW. Saya mendengar Nabi SAW. Bersabda : "Tiada
seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah SWT. Lalu ia tidak memeliharanya
denga baik, melainkan Allah tidak akan merasakan padanya harum surga (tidak
mendapatkan surga)". (HR. Bukhari dan Muslim)
عن عبد الله
بن عمر رضى الله عنهما ان رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقولثلاثة لايقبل الله
منهم صلاة من تقدم قوما وهم له كارهون ورجل اتى الصلاة دبار والد بارأن يأ تيها
بعد ان تفوته ورجل اعتبد محرره (رواه أبوداود وابنماجه)
Artinya:
“Dari
Abdullah bin Umar r.a, sesungguhnya Rosulullah SAW. Pernah bersabda: ‘ada tiga
macam orang yang Allah tidak akan menerima Sholatnya, yaitu orang yang memimpin
suatu kaum (masyarakat), sedangkan mereka benci terhadapnya, dan orang yang
mendatangi shalat dalam keadaan terlambat (orang yang mengerjakan salat setelah
lewat waktunya) dan orang yang memperbudak orang yang sudah dia
merdekakan”.(Diriwayatkan oleh abu Dawud dan Ibnu Majah)
عن أبى أمامة
رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ثلاثة لاتجاوزصلاتهم اذا
نهم العبد الابق حتى يرجع, كارهون له وهم قوم وامام ساخط عليها وزوجها باتت
وزوجة ( رواه الترمذى)
Artinya:
“Dari Abu
Umamah r.a, beliau berkata: Rosulullah saw. Bersabda: ‘Ada tiga macam orang yang shalatnya tidak
akan melampaui telinganya, yaitu: Hamba yang lari dari tuannya, sehingga dia
kembali, istri yang tidur, sedangkan suaminya marah kepadanya (karena tidak
melayaninya), dan pemimpin suatu kaum, sedangkan mereka (kaumnya) itu benci
kepadanya”. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan nasib yang akan dialami oleh para
pemimpin yang tidak bertanggung jawab :
1.
Mereka tidak akan diterima shalatnya oleh
Allah.
2.
Mereka tidak akan masuk surga, bahkan
tidak akan mencium bau surga itu.
3.
Dalam hadits tersebut juga tersirat
pengertian bahwa pemimpin yang tidak bertanggungjawab itu diancam 2 kali lipat
siksaan rakyat yang mereka pimpin.
C.
BATASAN KETAATAN KEPADA PEMIMPIN
Sebagai umat islam kita wajib dan harus memtaati pemimpin karena ”barang
siapa yang taat kepada pemimpin berarti dia taat kepada Rosulullah” seperti
yang terkandung dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :
من أطاعنى
فقد أطاع الله ومن عصانى فقد عصى الله ومن يطع الأمير فقد أطاعنى ومن يعص الأمير
فقد عصانى (رواه متفق)
Artinya :
“Siapa yang
taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah, dan siapa yang durhaka kepadaku,
maka berarti ia durhaka kepada Allah. Dan Siapa yang taat kepada amir
(pemimpin), berarti ia taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada Amir,
berarti ia durhaka kepadaku”. (HR. Muttafaq Alaih)[11]
Akan tetapi kita harus bisa membedakan perintah yang baik atau yang
mengarah kepada kemaksiatan sebab mentaati pemimpin itu ada batasannya sesuai
hadits berikut ini Sabda Rosulullah SAW :
بد الله بن
عمر رضي الله عنهما, عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : السمع والطاعة على المرإ
المسلم فيما أحب وكره, مالم يؤمر بمعصية, فإ ذا أمر بمعصية فلا سمع ولاطاعة. (رواه
البخار و مسلم))
Artinya:
“Abdullah
bin Umar r.a berkata : Nabi SAW. bersabda : "Mendengar dan taat itu wajib
bagi seseorang dalam apa yang ia suka atau benci, selama ia tidak diperintah
berbuat maksiat, maka jika diperintah berbuat maksiat maka tidak wajib
mendengar dan wajib taat". (HR. Buhkari dan Muslim)
Berdasarkan hadits di atas Nabi Muhammad saw. berpesan agar setiap muslim
hendaknya mendengar dan mematuhi keputusan, kebijakan dan perundang-undangan
yang telah ditetapkan oleh para pemimpin, baik itu menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan bagi dirinya. Selama peraturan tersebut tidak bertentangan dengan
perintah Allah dan Rosul-Nya.
Sebab kunci dari keberhasilan suatu negara atau organisasi diantaranya
terletak pada ketaatan para warga atau pengikutnya dan pemimpinnya kepada
Allah.
Dan apabila kaum muslimin tidak mau mendengar dan tidak mau mematuhi
serta tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi
di Negara atupun di organisasi tempat ia tinggal, maka kehancuranlah yang akan
terjadi dan sekaligus menjadi bencana bagi umat islam.
Apabila pemimpin memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran
Allah dan Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mentaati perintahnya. kepatuhan
terhadap pemimpin mempunyai batasan tertentu yakni selama memimpin dan
mengarahkan kepada hal-hal yang positif dan tidak menuju ke jalan kemaksiatan
maka kita wajib mematuhi perintahnya, begitu pula sebaliknya. Misalnya,
pemimpinitu melarang wanita muslim mengenakan jilbab; pemimpin yang menyuruh
untuk melakukan perjudian dan masih banyak contoh yang lain.[12]
Kriteria-kriteria pemimpin yang wajib kita taati :
1.
Islam
2.
Mengikuti perintah-perintah Allah dsan
Rosul-Nya
3.
Menyuruh berbuat baik dan mencegah
berbuat munkar
4.
Lebih mementingkan kepentingan umat
daripada kepentingan pribadi
5.
Tidak mendzalimi umat Islam
6.
Memberikan teladan dalam beribadah
BAB
III
PENUTUP
Bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan
dimintai pertanggungjawabannya tentang apa yang telah mereka pimpin sesuai
tingkat kepemimpinannya itu. Kata pemimpin, dalam hal ini bukan hanya berarti
kepala negara melainkan bersifat umum.
Kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu
sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama pemimpin adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan
dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk
memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Dapat kita simpulkan bahwa setiap muslim adalah pemimpin:
1.
Seluruh manusia menjadi pemimpin
sekaligus menjadi pemelihara dan pengurus terhadap apa yang menjadi tanggung
jawabnya.
2.
Pemimpin atau pengurus harus berbuat baik
kepada apa yang dipimpinnya atau diurusinya, karena semuanya itu akan diminta
pertanggungjawabnya di hadapan Allah.
3.
Pemimpin atau penguasa adalah pemelihara
umat yang harus dengan jujur melaksanakan amanah dan tuntutan rakyatnya untuk
menciptakan kesejahteraan di segala bidang. Ia akan mempertanggungjawabkan
semua kebijakan yang ditempuhnya sewaktu di dunia menyangkut persoalan umat.
Apabila adil, jujur, dan benar, maka Allah merahmatinya, tetapi bila dzalim dan
menyelewengkan kekuasaannya, maka Allah akan melaknatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrohim,
Drs.T. 2006.Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis. Solo : Tiga Serangkai.
Suparta,
Drs.H.M. dkk. 2004. Buku Pelajaran Qur’an dan Hadits 3. Jakarta : Listafariska Putra.
Muhammad, Abubakar. 1997. Hadis Tarbawi III. Surabaya : Abditama.
Rahmat syafe’i, Prof.DR.H. Buku AL-HADIS, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan
Hukum : pustaka setia.
Tanggung
Jawab Seorang Pemimpin Oleh : Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
(situs websate MUI).
[1]
Heidjrachman. R Tanya jawab Managemen.
hal. 155
[2] Ibid.
hal 119
[3] Keith
Davis, Human Behavior Work. New
York. Book Company, 1972. Hlm 103-104
[4] A.S.
Moenir, Kepemimpinan kerja. Jakarta.
Bina aksara.1988.hlm 206
[5] H.
Basri Iba Asghary, Solusi Al-Qur’an. Jakarta.
Rineka Cipta. 1994.hlm 109
[6]
Drs.Dudung Khalidi Yusuf, M.Pd. dan Drs. H. Dedeng Rasyidin, M.Ag. Syariah
Leadership. Bandung.
Tafakur (kelompok Humaniora) . 2008.hlm 74-75
[7]
HR. Muslim
[8]
Dikeluarkan oleh Imam Bukhari Muslim dalam kitab Hukum-hukum bab “Orang yang
diberi amanat Pemimipin”.
[9]
QS. Asy-Syu’ara : 215
[10]
Miftah thoha, Kepemimpinan Dalam Menejemen. Jakarta PT Raja Gravindo Persada. 2001 hlm.
75
[11]
Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an (Bandung, Mizan 1998). hlm. 315
[12]
H. Basri Iba Asghary. Solusi Al-Qur’an. Jakarta.
Rineka Cipta. 1994.hlm 109
Demikianlah Artikel ini, kami berharap bisa memberikan manfaat serta isnpirasi dan Sekianlah artikel kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel bermanfaat dalam situs kami, terima kasih atas kunjungan anda.