Dalam studi tafsir Al-Qur'an, pemahaman tentang mufrad dan jama' adalah sangat penting. Mufrad merujuk pada kata-kata tunggal dalam bahasa Arab, sedangkan jama' merujuk pada kata-kata jamak. Dalam konteks tafsir Al-Qur'an, mufrad dan jama' dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang makna ayat-ayat Al-Qur'an. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian, perbedaan, dan contoh-contoh penerapan mufrad dan jama' dalam tafsir Al-Qur'an.
MUFRAD DAN JAMA' DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
A. PENDAHULUAN
Alquran
merupakan kitab suci dan sumber ajaran Islam yang pertama dan utama. Apabila
dilakukan telaah seksama, maka akan ditemukan bahwa alquran mengandung
keunikan-keunikan makna yang tiada akan pernah habis untuk dikaji dan memberi
isyarat makna yang tak terbatas. Kedudukan alquran sebagai rujukan utama umat
Islam dalam berbagai aspek kehidupan mereka dan terbukanya untuk interpretasi
baru, merupakan motivasi tersendiri terhadap lahirnya usaha-usaha untuk
menafsirkan dan menggali kandungan maknanya. Sejarah telah membuktikan bahwa
upaya-upaya untuk menafsirkan alquran telah berlangsung sejak generasi-generasi
Islam angkatan pertama hingga hari ini.
Al-Quran adalah
mukjizat yang teramat agung sampai saat ini. Kemukjizataany tidak dapat
tertandingi. Bahkan dengan tegas, al-Quran telah menantang para umat untuk
membuat hal yang sama, tapi tetap saja tidak ada yang bisa menandinginya.
Antara kemukjizatannya yang sampai saat ini terus
bertahan adalah sisi bahasanya yang begitu indah memukau. Susunannya yang teramat
dahsyat, dan selalu memiliki sisi-sisi yang tidak bisa terlewatkan. Tidak
bahasanya yang seakan tanpa makna. Semua serba menarik. Tanpa terkecuali.
Seorang
mufasir dalam menafsirkan atau menggali maksud dan tujuan Alquran tentu harus
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alquran dan ilmu lain sebagai
penunjang yang dapat membantu untuk mencapai tingkat ahli dalam disiplin ilmu
tersebut. Salah satunya adalah jamak dan mufrod, dilihat dari segi ilmu nahwu,
jamak adalah isim yang menunjukkan benda
itu berjumlah banyak/lebih dari dua. Sedangkan mufrod adalah isim yang
menunjukkan benda itu berjumlah satu. Dalam studi ulumul Quran, jamak dan
mufrod yang tertulis dalam ayat-ayat alquran mempunyai maksud dan tujuan
tersendiri dalam penggunaannya.
Adapun penggunaan jamak dan mufrod dalam studi ilmu
alquran ada beberapa criteria, yaitu : (a) dalam alquran hanya terdapat lafadz
jamak nya saja, ketika mufrod lafadz nya sinonim dari jamaknya, (b) sejumlah
lafadz yang hanya datang dalam bentuk mufrod nya dan ketika hendak dijamakkan,
maka ia dijamakkan dalam bentuk yang menarik yang tiada bandingannya, (c)
lafadz yang senantiasa dimufrodkan, (d) lafadz yang senantiasa dijamakkan, dan
(e) lafadz yang datang dalam bentuk mufrod, tasniyah, dan jamak.[1]
B. RUMUSAN MASALAH
Sebagaimana
latar belakang di atas, penulis hanya akan membahas bagian kecilnya
saja. Lebih tepatnya, kajian penulis ini lebih spesifik tentang kaidah mufrad
dan jamak, sebagaimana tercermin pada rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari kaidah mufrad dan
jamak?
2.
Bagaimana penggunaan mufrad dan jamak, serta
makna dan contohnya dalam al-Quran?;
3.
Apa saja fungsi dari penggunaan jamak dan
mufrod?
C. PEMBAHASAN
1) Pengertian Kaidah Mufrad Dan Jamak
Secara bahasa kata mufrod adalah isim maf’ul
yang berarti terasing. Sedangkan menurut istilah mufrod adalah sebutan
untuk isim yang menunjukkan satu atau tunggal, seperti seorang
manusia,seekor binatang,sebuah benda, dan sebagainya.
Jamak adalah sebutan untuk menunjukkan sebutan
sejumlah(banyak), baik manusia maupun makhluk lainya. Menurut istilah, jamak
merupakan isim yang menunjukkan lebih dari dua, dengan aturan pembentukkan
tertentu, seperti kata masjid menjadi masajid,rajul(seorang lelaki)
menjadi rijal, dan sebagainya.
2) Penggunaan Mufrod dan Jamak dalam al-Quran, Contoh dan Maknanya
1.
kata yang selalu disebutkan
dalam bentuk mufrad
a. kata أرض
Kata ini hanya diebutkan dalam bentuk mufrad saja
dalam al-Quran. Diulang-ulang sebanyak 461 kali.[2] Lebih
jelasnya bisa dilihat dari beberapa ayat berikut:
y Ï`$t7Ïè»t
tûïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä
¨bÎ)
ÓÅÌö r&
×pyèÅ"ºur
} »Î*sù
Èbrß0ç7ôã$$sù
ÇÎÏÈ
Hai
hamba-hamba-Ku yang beriman, Sesungguhnya bumi-Ku luas, Maka sembahlah Aku
saja. QS. Al-Ankabut: 56
Ayat lain mengatakan:
ª!$#
Ï%©!$#
t,n=y{
yìö6y"
;Nºuq»oÿxS
z`ÏBur
ÇÚö F{$#
£`ßgn=÷WÏB
ãA¨ t\tGt
âöDF{$#
£`åks]÷t/
(#þqçHs>÷ètFÏ9
¨br&
©!$#
4 n?tã
Èe@ä.
&äóÓx«
ÖÏ0s%
¨br&ur
©!$#
ô0s%
xÞ%tnr&
Èe@ä3Î/
>äóÓx«
$RHø>Ïã
ÇÊËÈ
Allah-lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. QS.
Al-Thalaq: 12
øRÎ)ur
tA$s%
a"/u
Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9
ÎoTÎ)
×@Ïã%y`
Îû
ÇÚö F{$#
Zpxÿ9Î=yz
(
(#þqä9$s%
ã@yèøgrBr&
$pk}Ïù
`tB
ß0Å¡øÿã
$pk}Ïù
à7Ïÿó¡o ur
uä!$tBÏe$!$#
ß`øtwUur
ßxÎm7|¡çR
x8Ï0ôJpt¿2
â¨Ïd0s)çRur
y7s9
(
tA$s%
þ ÎoTÎ)
ãNn=ôãr&
$tB
xw
tbqßJn=÷ès?
ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."QS. Al-Baqarah: 30
Padahal, menurut penelitian ilmu astronomi bumi sama dengan langit.
Sama-sama berlapis tujuh. Apakah ini berarti ada kontradiksi antara al-Quran
dengan ilmu pengetahuan? Tentu saja tidak. Malah, justeru bentuk mufrad itulah
yang lebih cocok. Mengingat kondisi umat saat itu yang notebene belum mengalami
kemajuan dalam bidang astronomi. Seandainya kata الأرض dijamakkan, bisa jadi pada gilirannya akan menanamkan sifat
keraguan dalam diri mereka terhadap al-Quran. Ini berarti risalah karsulan
Muhammad Saw. menjadi gagal.[3]
b. kata صراط
Seperti dalam QS. al-An’am: 153
وأن هذاصراطى مستقيما
“Dan bahwa
(yang kami perintahkan ini) adalah jalan yang lurus “
c. kata النور
Seperti dalam QS. al-Hadid: 12
يسعى نورهم بين
أيديهم وبأيمانهم
“Sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan
di sebelah kanan mereka.’
2.
Kata yang selalu disebutkan dalam
bentuk jamak
Seperti apa yang dijelaskan pada bagian sebelumnya,
bentuk jamak juga memiliki makna dan tujuan khusus. Dalam arti, ada pesan
tertentu yang hendak disampaikan oleh al-Quran. Dalam hal ini, penulis hanya
akan memaparkan beberapa kata saja. Agar lebih mempermudah.
a. Kata ألباب
Seperti dalam QS. az-Zumar: 21
إن فى ذلك لذكرى
لأولى الألباب
“Sesungguhnya
pada yang demikian itu, benar-benar
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal “
b. kata أكواب
Seperti dalam QS. al-Ghosyiyah: 14
وأكواب موضوعة
“Dan
gelas-gelas yang terletak (di dekatnya) “
3.
kata yang digunakan dalam bentuk
mufrad dan jamak
a.
Kata سماء menunjukkan arah atas
Seperti dalam QS. adz-Dzariyat: 22
وفى السماء رزقكم
“Dan di
langit terdapat sebab-sebab rizqimu “
Sedangkan kata سموت menunjukkan arti bilangan / luasnya
Seperti dalam QS. al-Hadid: 2
له ملك السموت والأرض
“
Kepunyaannyalah kerajaan langit dan bumi “
b.
kata ريح menunjukkan adzab:
Seperti dalam QS. Ibrahim: 18
مثل الذين كفروا
بربهم أعمالهم كرماداشتدت به الريح فى يوم عاصف
“
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya , amalan-amalan mereka sepertiabu yang
ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang
Sedangkan kata رياح menunjukkan rahmat
Misal dalam QS. al-Hijr: 22
وأرسلناالرياح لواقح
“Dan kami
telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tetumbuhan).“[4]
3) Fungsi Dari Penggunaan Jamak Dan Mufrod
1.
Lafadz yang hanya berbentuk jamak, ketika
mufrod merupakan sinonim dari jamaknya.
Misal kata “al lubb” اللبّyang selalu disebutkan dalam
bentuk jamak, albab, seperti terdapat pada ayat إنَّ في ذَالك
لذكرى لأولى الألباب “Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal” (az Zumar : 21). Kata ini tidak pernah
digunakan dalam Qur’an bentuk mufradnya, namun muradifnya disebutkan, yaitu
lafadz “al qalb” (القلب) seperti إنَّ في ذَالك لذكرى لمن كان له قلبٌ “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi
orang-orang yang mempunyai akal“ (Qaf: 37)
. Dan kata “al kub” الكوب tidak pernah dipakai bentuk mufradnya, tetapi selalu
bentuk jamaknya, “al akwab” misalnya وأكواب موضوعة “dan gelas-gelas yang terletak (di
dekatnya)” (al Gasyiyah:14)
2.
Lafadz yang hanya berbentuk mufrod,
ketika dijamakkan dalam bentuk yang menarik tiada bandingannya.
Seperti terdapat pada ayat الله الذى خلق سبع سموات ومن الأرض مثلهنّ “Allah-lah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi” (at Talaq:
12). Allah tidak berfirman وسبع أرضين, karena yang demikian adalah kasar dan
merusak keteraraturan susunan kalimat. Dan lafadz ,السماء ia terkadang disebutkan dalam bentuk jamak dan terkadang dalam
bentuk mufrad, sesuai dengan keperluan. Jika yang dimaksudkan adalah “bilangan”
maka ia didatangkan dalam bentuk jamak yang menunjukkan betapa sangat besar dan
luasnya, seperti dalam ayatسبح لله ما
فى السموات وما فى الأرض
“telah bertasbih
kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi “
(al Hasyr : 1). Dan jika yang dimaksudkan adalah “arah” maka ia didatangkan
dalam bentuk mufrad, seperti ءأمنتم مَن فى السماء أن
يخسف بكم الأرض
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah
yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu“ (al mulk: 16).
Lafadz “ar-rih” (الريح) juga
termasuk kategori ini, ia disebutkan dalam bentuk jamak dan mufrad.
Pemakaian bentuk jamak dalam konteks rahmat sedang bentuk mufrad dalam
bentuk azab. Disebutkan hikmahnya ialah bahwa رياح الرحمةatau angin rahmat itu bermacam-macam
sifat dan manfaatnya -dan terkadang sebagiannya berhadapan
dengan sebagian yang lain-
diantaranya ada angin semilir yang bermanfaat bagi hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dalam konteks rahmat ini ia dijamakkan, .رياح Sedang dalam konteks azab “rih” atau angin itu
datang dari satu arah, tanpa ada yang menentang atau menolaknya.
Ibn Abi Hatim dan yang
lain meriwayatkan , Abu Ka’ab berkata : ‘Segala sesuatu yang disebut dengan ‘Ar-riyah”
dalam Qur’an ialah rahmat, sedang yang disebut dengan “ar-rih” adalah
azab. oleh
karena itu tersebutlah dalam sebuah hadis ” Allahumma ij’alha riyahan wa la
taj ‘alha rihan”. Jika tidak demikian maka hal itu karena ada hikmah lain.”
3.
Lafadz yang senantiasa dimufrodkan dan
yang senantiasa dijamakkan.
Termasuk kelompok ini
adalah lafaz “an nur” yang senantiasa di mufradkan dan Lafaz “az zumulat” senantiasa dijamakkan. Juga lafaz “sabil al-haqq” yang selalu di mufradkan dan “sabil
al batil” yang selalu dijamakkan. Ini karena jalan (sabil) menuju kebenaran itu hanya satu sedang jalan
menuju kebatilan banyak sekali dan bercabang-cabang. Dengan alasan seperti ini
lafaz “walliyul mu’minin” dimufradkan dan “auliya’ul kafirin”
dijamakkan, seperti terlihat dalam: الله ولي الذين آمنوا يخرجهم من الظلمات إلى النور,
والذين كفروا أولياءهم الطاغوت يخرجهم من النور إلى
الظلمات “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya
kepada kegelapan (kekafiran)” (al Baqarah 257) dan وأنّ هذا صراطي
مستقيما فاتبعوه, ولا تتبعوا السبل فتفرّق بكم عن سبيله
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini)
adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu
dari jalanNya.“ ( al An’am: 153).
4.
Lafadz yang datang dalam bentuk mufrod,
tasniyah, dan jamak
Lafaz ” al masyriq” dan
“al maghrib” juga termasuk kelompok ini. Keduanya disebutkan dalam bentuk
mufrad, tasniyah dan jamak. Pemakaian bentuk mufrad karena mengingat arahnya
dan untuk mengisyaratkan kearah timur dan barat, seperti dalam ayat : رب المشرق والمغرب “Tuhan
yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua
tempat terbenamnya” (al Muzammil: 9). Bentuk tasniyah, karena
keduanya adalah dua tempat terbit dan dua tempat terbenam di musim dingin dan
musim panas, seperti dalam ayat: ورب المغربين رب
المشرقين, sedang bentuk jamak
digunakan mengingat keduanya ialah tempat terbit dan tempat terbenam setiap
hari, seperti dalam ayat : فلا أقسم برب المشارق والمغارب “Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki
timur dan barat, Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa” (al Ma’arij: 40)
5.
Mengimbangi Jamak dengan Jamak atau
dengan Mufrad
Mengimbangi jamak
dengan jamak terkadang dimaksudkan bahwa setiap satuan dari jamak yang satu
diimbangi dengan satuan jamak yang lain. Misalnya dalam ayat وإنّي كلما دعوتهم لتغفر لهم
جعلوا أصابعهم فى آذانهم واستغشوا ثيابهم (
Nuh: 7). Maksudnya, setiap orang dari mereka menutupi badannya dengan bajunya
masing-masing. Dan seperti
والوالدات يرضعن أولادهنّ (al Baqarah: 233). Maksudnya masing-masing ibu menyusui anaknya
sendiri.
Terkadang dimaksudkan pula bahwa isi jamak itu ditetapkan atau diberlakukan bagi setiap individu yang terkena
hukuman, seperti: والذين يرمون المحصنات ثم لم يأتوا بأربعة شهداء فاجلدوهم ثمانين جلدة (an Nur : 24). Maksudnya ialah deralah
setiap orang dari mereka sebanyak bilangan tersebut. Disamping itu terkadang
kedua maksud tersebut dapat diterima, namun dalam hal ini perlu ada dalil yang
menentukan salah satunya.
Adapun mengimbangi jamak dengan
mufrad maka pada umumnya tidak dimaksudkan untuk menunjukkan keumuman mufrad
tersebut, tetapi kadang-kadang hal demiakin dapat saja terjadi. Misalnya وعلى الذين يطيقونه فدية
طعام مسكين (al Baqarah : 184(. maksudnya
ialah setiap orang yang tidak sanggup berpuasa wajib memberikan makanan kepada
seorang miskin setiap hari.[5]
D. PENUTUP
Pada era
kontemporer kaidah tafsir semakin berkembang seiring dengan perkembangan
intelektualitas para pemikir muslim dan juga sesuai dengan perkembangan
intelektualitas global. Para pemikir muslim mengembangkan kaidah dan metode
penafsiran sesuai dengan situasi sosio-historis yang dihadapinya masing-masing.
Mengapa
dalam alquran ada lafadz yang bentuk jamaknya saja atau hanya mufrodnya saja,
bahkan ada yang jamak dan mufrod ? karena dalam kejamakkan dan kemufrodannya
itu mempunyai fungsi, maksud, dan tujuan
tersendiri untuk menyampaikan maksud dari ayat tersebut. Sehingga jika lafadz
itu berupa jamak, maka dalam keadaan mufrod lafadz tersebut mempunyai maksud
yang berbeda.
Demikian
penulis makalah kami susun sedikit banyak semoga dapat memberikan manfaat.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Fuad ‘Abd
al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Quran al-Karim (Angkasa,
t.t.)
Prof. Dr. Nashruddin
Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. I,
2011)
http://naunganquran-hadits.blogspot.com/2013/10/mufrad-dan-jama-dalam-al-quran.html
http://kindhearte.blogspot.com/2013/11/makalah-ulumul-quran-jamak-dan-mufrad.html
[1] http://kindhearte.blogspot.com/2013/11/makalah-ulumul-quran-jamak-dan-mufrad.html,
dikutip pada tanggal 10 Mei 2015@pukul 03.02 AM
[2] Muhammad
Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Quran al-Karim
(Angkasa, t.t.), 26-33
[3] Prof.
Dr. Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, cet. I, 2011), 311
[4] http://naunganquran-hadits.blogspot.com/2013/10/mufrad-dan-jama-dalam-al-quran.html,
dikutip pada tanggal 10 Mei 2015@pukul 03.20 AM
[5] http://kindhearte.blogspot.com/2013/11/makalah-ulumul-quran-jamak-dan-mufrad.html,
dikutip pada tanggal 10 Mei 2015@pukul 03.02 AM