CONTOH MAKALAH AYAT-AYAT TENTANG HARI AKHIR
Ayat-ayat tentang hari akhir adalah salah satu topik penting dalam ajaran Islam. Dalam makalah ini, kita akan membahas ayat-ayat tentang hari akhir dan maknanya dalam Al-Qur'an. Kami akan memberikan contoh-contoh konkrit untuk membantu Anda memahami makna yang terkandung di dalamnya.
PPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rukun iman yang kelima adalah beriman kepada hari
akhir. Iman kepada hari akhir adalah percaya akan adanya hari akhir. Hari
akhir adalah hari berakhirnya kehidupan
dunia. Pada saat itu baik dan buruknya perilaku seseorang akan
dicatat bergantung bagaimana kadar keimanan seseorang dalam hatinya. Orang
yang benar-benar beriman adanya hari kiamat akan senantiasa menjaga agar
perilakunya baik dan berusaha menjauhi
hal-hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya.
Berikut akan dipaparkan secara lebih rinci terkait
dengan Ayat-ayat tentang hari akhir beserta penafsirannya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tentang pentingnya mempercayai
akan adanya hari akhir?
2. Sebutkan dalil-dalil eksistensi hari akhir?
3. Sebutkan dimensi-dimensi kehidupan di akhirat?
4. Apa manfaat dari mempercayai akan adanyahari akhir?
PEMBAHASAN
A. Pentingnya mempercayai akan adanya hari akhir.
Hari Akhir disebut juga dengan Hari Kiamat,
artinya hari kebangkitan. Pada hari kebangkitan ini semua manusia yang telah
meninggal dibangkitkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan semua amal
perbuatannya selama hidup didunia[1][1]. Dan kita sebagai umat muslim
wajib meyakini adanya hari kiamat tersebut. Dengan meyakini adanya hari kiamat,
kita akan berusaha mencari tahu tentang gambaran hari kiamat, bagaimana
terjadinya kiamat, tanda-tanda datangnya hari kiamat serta kehidupan kita kelak
di akhirat. Jika telah mengetahui ketiga hal tersebut, maka secara otomatis
kita akan termotivasi untuk meningkatkan iman kepada Allah. Mengapa ? karena
kita akan sadar dengan apa yang telah kita lakukan selama ini ! dosa ataukah
pahala ? dan kita akan merasa takut akan ganjaran yang akan kita terima
kelak di akhirat jika kita melakukan banyak dosa. Dengan adanya perasaan itu,
umat muslim tersebut akan berusaha meningkatkan imannya kepada Allah SWT.
QS. Al Baqarah (2) ayat 4
وَالَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ
“Dan mereka
yang beriman kepada (Al Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan
(Kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan
adanya akhirat.”
Ø
Tafsir
Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya,
yaitu beriman kepada Al Qur’an dan kitab-kitab (Wahyu) Taurat, Zabur,
Injil dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad saw. Meskipun dalam beriman
kepada kitab-kitab selain Al Qur’an bersifat ijmali (global), sedangkan
beriman kepada Al Qur’an harus secara tafsili (rinci). Beriman kepada
kitab-kitab dan sahifah-sahifah tersebut berarti beriman pula kepada para rasul
yang telah diutus Allah kepada umat-umat yang dahulu dengan tidak membedakan
antara seseorang dengan yang lain dari rasul-rasul Allah.
Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu
sifat dari orang-orang yang bertaqwa. Orang-orang yang beriman kepada
kitab-kitab Allah dan mempelajari isinya adalah para ahli waris nabi, ahli
waris ajaran-ajaran Allah, baik orang-orang dahulu, maupun orang-orang sekarang
sampai akhir zaman. Sifat ini akan menimbulkan rasa dalam diri seorang Muslim
bahwa mereka adalah umat yang satu, agama mereka adalah satu, agama islam.
Tuhan yang mereka sembah adalah Allah Yang Maha Esa, pengasih dan penyayang
kepada hamba-hamba-Nya. Sifat ini akan menghilangkan eksklusivisme (sifat
berbeda) dalam diri seorang Muslim, yaitu meliputi semua sifat sombong,
tinggi hati, fanatik golongan, rasa kedaerahan dan perasaan kebangsaan yang
berlebihan.[2]
B. Dalil-Dalil Eksistensi Hari Akhir
1. Ali Imran(3) ayat 25
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“bagaimana
jika (nanti) mereka Kami kumpulkan pada hari (Kiamat) yang tidak diragukan
terjadinya, kepada setiap jiwa (diberi balasan yang sempurna) sesuai dengan apa
yang telah dikerjakannya dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).” [3][3]
Ø
Munasabah
Dalam ayat-ayat yang lalu telah diterangkan kejelekan
tingkah laku orang yahudi yaitu mengabaikan dakwah Nabi, membunuh para Nabi dan
orang-orang bijak yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Semua itu adalah
sebagai keterangan Allah bagi para rosul-Nya bahwa berpalingnya mereka dari
dakwah nabi bukanlah suatu hal yang baru atau mengherankan. Lalu pada ayat ini,
Allah memperingatkan kepada nabi Muhammad saw, tentang kejanggalan sikap orang Yahudi dalam hidup beragama, yaitu
mereka menolak untuk mengambil hukum dari kitab mereka sendiri. Bila mereka
diajak untuk kembali kepada kitab suci mereka, mereka pun selalu menolak.
Ø
Sebab Nuzul
Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari, dari Abdullah bin
Umar, bahwa beberapa orang Yahudi datang
menghadap Rasulullah saw dengan membawa seorang laki-laki dan seorang perempuan
yang telah berbuat zina. Lalu Rasulullah berkata kepada mereka: “Bagaimana
tindakanmu terhadap orang yang berbuat zina?” Mereka menjawab, “Kami lumur
mereka dengan abu lalu kami pukuli”. Rasulullah saw berkata, “Tidaklah kamu
temukan hukum rajam dalam Taurat?” Mereka menjawab, “Tidak… kami tidak
menemukan hukum itu di dalamnya”. Abdullah bin Salam berkata kepada mereka,
“Kamu telah berdosa, Bawalah Taurat, Bacalah jika kamu sekalian benar”. Lalu
salah seorang yang ahli dalam Taurat diantara mereka meletakkan telapak
tangannya diatas ayat rajam. Mulailah dia membaca selain dari yang tertutup
oleh telapak tangannya. Kemudian Abdullah bin Salam mengangkat telapak tangan
orang yang menutupi ayat rajam, lalu dia berkata kepada orang-orang yahudi itu
, “ini apa?” Tatkala orang Yahudi itu melihatnya, mereka berkata, “itu adalah
ayat rajam”.[4][4]
Maka Rasullullah memerintahkan untuk merajam mereka berdua sesuai dengan
perintah Taurat. Lalu mereka dirajam dekat kuburan disamping masjid. “Akan
tetapi orang Yahudi marah terhadap hukuman ini, maka Allah mencela sikap mereka
dengan ayat ini.”[5][5]
Ø
Tafsir
Ayat ini membantah dan membatalkan apa yang dikatakan
oleh orang Yahudi pada ayat yang lalu. Ayat ini tersusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan bagaimanakah keadaan orang Yahudi
bilamana hari Kiamat yang tidak diragukan lagi itu telah datang.
Bentuk kalimat seperti itu menggambarkan bagaimana
kehebatan huruhara yang terjadi dihari itu, dan tentang siksa besar yang akan
ditimpakan kepada orang-orang Yahudi. Mereka akan jatuh pada jurang
penderitaan, tak akan ada jalan untuk menyelamatkan diri. Sesungguhnya anggapan
orang Yahudi bahwa dirinya akan dapat lepas dengan mudah dari azab itu adalah
angan-angan kosong.
Pada hari yang dahsyat itu orang akan melihat dengan
jelas apa yang telah dikerjakannya, baik atau buruk akan dihadapkan pada
mereka. Kemudian segala amal perbuatan akan dibalas dengan kesengsaraan jika
amal itu buruk. Tidak ada hak istimewa yang dapat diberikan kepada pemeluk
suatu agama tertentu dan golongan tertentu. Tidak pula suatu bangsa mendapat
keistemewaan atas bangsa-bangsa lainnya sekalipun mereka menanamkan dirinya
dengan sya’bullah al-mukhtar (rakyat Allah yang terpilih) atau anak
Allah. Pembalasan pada hari kiamat itu sesuai dengan baik buruknya iktikad yang
terkandung dalam hati dan sesuai pula dengan baik buruknya amal perbuatan yang
telah dilakukan.
Pada hari itu akan terdapat keadilan yang sempurna.
Tidak akan dikurangi sedikitpun balasan terhadap suatu perbuatan dan tidak pula
akan ditambah. Yang menjadi pertimbangan pada hari itu ialah keimanan seseorang
dan pengaruh iman itu terhadap amal perbuatannya sewaktu didunia. Kalau dia
tidak beriman, maka ia akan masuk kedalam neraka, karena amal-amalnya buruk.
Jika imannya tidak sampai rusak, karena diimbangi dengan amal saleh atau
seimbang antara yang baik dengan yang buruk, maka dia mendapat balasan sesuai
dengan derajad dan kadarnya masing-masing.
2. Yasin ayat (36) ayat 78-81
وَضَرَبَ
لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
(78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ
عَلِيمٌ (79) الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا
أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ (80) أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ
الْعَلِيمُ (81)
“Dan dia
membuat perumpamaan bagi kami dan melupakan asal kejadiaannya, dia berkata,
“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”.
Katakanlah (Muhammad), Yang akan menghidupkannya ialah (Allah ) yang
menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.
Dan bukanklah (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka
seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu. “Dan bukanlah (Allah) yang
menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad
mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. [6][6]
Ø
Sebab Nuzul
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa beberapa orang
dari kalangan kaum musyrik antara llain Ubay bin Khalaf dan al-‘As bin Wa’il
as-Sahmi, datang kepada Rasulullah, dan mereka membawa sepotong tulang yang
sudah lapuk. Lalu seseorang diantara
mereka berkata kepada Rasulullah dengan sikap menantang, “ Hai Muhammad, apakah
engkau berpendapat bahwa Allah dapat menghidupkan kembali tulang yang sudah
lapuk ini,?” Rasulullah menjawab. “Tentu, Allah akan membangkitkanmu kembali,
dan akan memasukkanmu kedalam neraka.”
Maka turunlah ayat ini yang menyebut bahwa orang
musyrik yang berkata kepada Rasulullah itu telah mengemukakan sesuatu yang
menurut pendapatnya merupakan sesuatu yang tidak akan dapat dijawab oleh
Rasulullah, karena tulang-belulang yang telah lapuk itu tak mungkin lagi
menjadi manusia yang hidup dan utuh. Sebab itu ia mengemukakan pertanyaan,
“Siapakah yang menghidupkan kembali tulang yang sudah lapuk ini?”
Ø
Munasabah
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah swt
telah menciptakan dan memberikan bermacam-macam rahmat kepada manusia, antara
lain adalah binatang ternak yang mereka jadikan milik masing-masing dan mereka
ambil manfaatnya untuk bermacam-macam keperluan hidup. Tetapi sebagian manusia
tidak mensyukuri rahmat tersebut, bahkan sebaliknya mereka bertuhan kepada
selain Allah, yang mereka buat sendiri berupa patung-patung dan berhala, yang
mereka harapkan dapat menolong dan melindungi mereka. Akan tetapi benda-benda
tersebut sudah tentu tak dapat berbuat apa-apa. Pada ayat-ayat berikut ini,
Allah mengingatkan kembali asal mula kejadian manusia anak cucu Adam yang
sebagian besar dari mereka bahkan memusuhi Allah dan rasul-Nya, dan tidak
percaya tentang adanya hari kebangkitan kelak di akhirat.
Ø
Tafsir[7][7]
(78) pada ayat ini dijelaskan tentang keraguan orang
kafir Mekah terhadap adanya hari kebangkitan. Mereka berpendapat demikian
karena telah melupakan asal kejadian masing-masing. Mereka diingatkan bahwa
Allah telah menciptakan mereka dari setetes air mani, sehingga mereka lahir berwujud
manusia yang hidup dan utuh. Jika seandainya mereka mengingat dan menyadari hal
ini, pastilah mereka yakin bahwa Allah juga kuasa menghidupkannya kembali
sesudah mati, walaupun tulang-belulang mereka sudah remuk.
(79) Pada ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad
saw untuk menjawab pertanyaan orang-orang tersebut diatas, dengan menegaskan
bahwa yang akan menghidupkan tulang-tuang lapuk itu kembali menjadi manusia
yang hidup dan utuh adalah Allah yang dahulu telah menciptakannya pada kali
yang pertama, dari tidak ada menjadi ada. Allah Maha Mengetahui semua makhluk
ciptaan- Nya. Bagi manusia, mengulang suatu perbuatan lebih mudah dari pada
melakukannya pertama kali. Akan tetapi, bagi Allah menciptakan sesuatu pertama
kali, sama saja mudahnya dengan mengulanginya, karena Allah Maha Kuasa.
(80) pada ayat ini disebutkan bahwa Allah telah
memerintahkan Rosulnya untuk menjelaskan kepada orang-orang musyrik tersebut
bahwa yang akan menghidupkan kembali tulang-tulang lapuk tersebut adalah Allah
yang telah menciptakan umtuk mereka api yang menyala dari kayu yang semula
merupakan pohon basah dan hijau tetapi kemudian kayu itu menjadi kering
sehingga dapat menyala.
Percontohan ini merupakan hal yang cukup jelas bagi
mereka yang sehari-hari menggunakan kayu api. Mereka mengira, bahwa
tulang-tulang yang lapuk itu telah menjadi dingin dan kering tidak dapat lagi
menerima kehidupan.dan kehidupan ini memerlukan adanya panas. Padahal
sehari-hari mereka menyaksikan kayu yang sudah lapuk dan dingin dapat
menimbulkan panas dan menghidupkan api. Bahkan kayu yang basah dan berdaun ada
juga yang dapat menyalakan api.
Dengan demikian
tepatlah Allah memberikan contoh, bahkan bukan hanya kayu yang kering saja
dapat menyala api tetapi kayu yang masih hijau dan basahpun dapat juga
dijadikan kayu api. Sebaliknya, tulang-tulang yang dapat menerima kehidupan
bukan hanya tulang-tulang yang segar, tetapi tulang yang sudah lapukpun dapat
pula menerima kehidupan dengan kekuasaan Allah SWT.[8][8]
(81) Allah mengemukakan pertanyaan kepada orang-orang
yang tidak memepercayai hari kebangkitan itu bahwa jika mereka percaya bahwa
Allah kuasa menciptakan langit dan bumi ini, mengapa Allah tidak kuasa pula
menciptakan sesuatu yang serupa dengan itu. Jawabannya adalah Allah pasti kuasa
menciptakannya, karena Dia Maha Pencipta, Lagi Maha Mengetahui.
3. AL-Ahzab ayat 63
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ
اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا (63)
“Manusia
bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah,’Sesungguhnya pengetahuan
tentang hari berbangkit itu hanya disisi
Allah.’ Dan tahukah kamu (Hai Muhammad) boleh jadi hari berbangkit itu sudah
dekat waktunya.”[9][9]
Ø
Munasabah
Pada ayat-ayat yang lalu, Allah mengemukakan tiga
golongan yang menentang Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin, bahwa malaikat itu
dikutuk dan dikejar-kejar untuk dibunuh dimana saja mereka dijumpai sesuai
dengan perintah Allah. Pada ayat berikut ini, Allah menerangkan tentang hari
kiamat, keadaan mereka kelak diakhirat, dan tingkah lakunya ketika menghadapi
siksaan Allah.
Ø
Tafsir
Banyak manusia bertanya kepada nabi Muhammad tentang
datangnya hari kiamt. Orang-orang musryrik menanyakan tentang hari kiamat
tersebut secara mengejek dan mecemoh, serta menantang supaya hari kiamat segera
didatangkan. Orang-orang munafik menanyakan tentang hari kiamat Karena
terdorong oleh anggapan bahwa nabi Muhammad saw akan menjawab seperti yang
mereka perkirakan. Adapun orang-orang yahudi bertanya dengan maksud menguji
kebenaran nabi saw, apakah jawabannya akan sama atau tidak dengan yang
tercantum dalam kitab taurat, bahwa soal hari kiamat itu sesungguhnya berada
ditangan Allah.
C. Dimensi-Dimensi Kehidupan Akhirat
1) QS. Hud (11) ayat 105-108
يَوْمَ
يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ
(105) فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ
(106) خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ
رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ (107) وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا
فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا
مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (108)
“Ketika
hari itu datang, tidak seorangpun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya; maka
diantara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia. Maka adapun
orang–orang yang sengsara, maka (tempatnya) didalam neraka, disana mereka
mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih. Mereka kekal didalamnya selama
ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sungguh,
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Dan adapun orang-orang
yang berbahagia, maka (tempatnya) didalam surga; mereka kekal didalamnya selama
ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain) ; sebagai
karunia yang tidak ada putus-putusnya.” [10][10]
Ø
Munasabah
Ayat-ayat yang lalu menerangkan pelajaran yang diambil
dari kehancuran umat yang banyak berbuat aniaya didunia ini. Ayat-ayat berikut
ini menerangkan balasan diakhirat : bagi orang-orang yang celaka akan
dimasukkan kedalam neraka, sedang orang-orang yang berbahagia akan
bersenang-senang didalam surga yang penuh dengan kenikmatan.
Ø
Tafsir[11][11]
(105) Pada ayat ini Allah swt menerangkan bahwa jika
hari yang telah ditentukan itu tiba, tidak seorangpun dapat berbicara dan
berbuat sesuatu kecuali dengan izin Allah. Diantara orang-orang yang berkumpul
dihari Kiamat itu, ada yang celaka, mereka akan mendapat azab yang pedih
sebagaimana yang telah diancamkan kepada orang-orang kafir, dan ada yang
berbahagia, mereka akan memperoleh pahala dan kesenangan sepanjang massa sesuai
yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa
(106) Pada ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa
orang-orang yang termasuk golongan celaka, karena pada waktu mereka didunia
telah merusak akidahnya, mengikuti orang-orang yang sesat perbuatannya, sehingga
pudar dan padamlah cahaya iman dari padanya, bergelimang dosa sepanjang masa.
Mereka itu akan dimasukkan kedalam neraka dan merasakan azab yang pedih seperti
halnya seekor himar yang mengeluarkan dan memasukkan nafasnya disertai rintihan
dan teriakan yang amat keras.
(107) Mereka akan kekal didalam neraka, selama-lamanya
kecuali kalau Allah swt menghendaki yang lain, karena Dia Maha Pelaksana
terhadap apa yang Dia kehendaki. Apa saja yang dikehendaki-Nya akan terwujud
dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan ada.
(108) Pada ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa
orang-orang yang berbahagia karena ketika mereka berada didunia selalu
berhati-hati dan menghindari perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah
dan menjauhi godaan-godaan yang akan menjerumuskannya kelembah maksiat, mereka
akan ditempatkan disurga, dan kekal didalamnya selama-lamanya, kecuali Allah
swt menghendaki yang lain. Balasan dan nikmat yang dianugerahkan kepada
orang-orang yang berbahagia adalah karunia semata-mata dari Allah swt yang
terus menerus tiada putus-putusnya.
2) QS. Al-A’RAF (7) ayat 147
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الْآخِرَةِ
حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (147)
“Dan
orang-orang yang mendustakan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan (mendustakan)
adanya pertemuan akhirat, sia-sialah
amal mereka. Mereka diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka
kerjakan.” [12][12]
Ø
Munasabah
Pada ayat-ayat lalu diterangkan hal-ihwal Fir’an dan
tentaranya yang telah punah dan tenggelam kedasar laut Qulzum (laut merah),
Karena ketakaburan, keangkuhan, kezaliman, dan sikap mereka yang mendustakan
kenabian Musa beserta risalah yang dibawanya. Pada ayat ini dijelaskan bahwa
orang yang sombong dan mendustakan kekuasaan Allah dan adanya akhirat, mereka
akn menerima balasan sesuai dengan perbuatannya.
Ø
Tafsir
Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang telah
diturunkan kepada Rasul-Nya, tidak mempercayai akan adanya pertemuan dengan
Allah pada hari akahir nanti, tidak percaya akan adanya pembalasan yang akan
diberikan pada hari itu. Maka segala amal baik yang telah mereka kerjakan
didunia tidak akan diberi pahala oleh Allah, dan Allah tidak menganiaya
sedikitpun, mereka akan disiksa sesuai dengan perbuatan dosa yang telah mereka
kerjakan. [13][13]
D. Manfaat Mempercayai Akan Adanya Hari Akhir
Keyakinan kepada hari akhir memberikan beberapa hikmah
kepada orang yang mengimaninya, yaitu sebagai berikut:
1. Menambah iman dan takwa kepada Allah
2. Selalu berhati-hati dalam melakukan setiap tindakan
3. Selalu meminta ampunan kepada Allah SWT
4. Selalu menghiasi diri dengan berdzikir (meningkatkan ketaqwaan) dan
beramal shaleh.
5. Menghindari perbuatan yang sia-sia (menimbulkan dosa)
6. Meningkatkan kepedulian terhadap sesama, serta terhadap lingkungan
7. Mendalami agama islam lebih daripada sebelumnya.
PENUTUP
Dengan memahami kajian teori di atas, tentunya kita semakin mengetahui
bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara. Manusia lahir lalu
bertumbuh-kembang, dan akhirnya meninggal dunia. Begitu juga dengan hewan dan
tumbuhan. Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehidupan yang kekal
hanya di akhirat kelak. Disana tidak ada lagi kematian. Orang-orang beriman
dan beramal saleh akan hidup selamanya di surga. Sebaliknya, orang-orang
kafir dan beramal buruk akan hidup di neraka untuk selamanya.
Dalam surat
Al-Baqarah (2) ayat 4 menjelaskan Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan
salah satu sifat dari orang-orang yang bertaqwa. Orang-orang yang beriman
kepada kitab-kitab Allah dan mempelajari isinya adalah para ahli waris nabi,
ahli waris ajaran-ajaran Allah, baik orang-orang dahulu, maupun orang-orang
sekarang sampai akhir zaman. Sifat ini akan menimbulkan rasa dalam diri seorang
Muslim bahwa mereka adalah umat yang satu, agama mereka adalah satu, agama
islam.
Pada surat
Ali Imran (3) ayat 25 ini membantah dan membatalkan apa yang dikatakan oleh
orang Yahudi pada ayat yang lalu. Ayat ini tersusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan bagaimanakah keadaan orang Yahudi
bilamana hari Kiamat yang tidak diragukan lagi itu telah datang. Bentuk
kalimat seperti itu menggambarkan bagaimana kehebatan huruhara yang terjadi
dihari itu, dan tentang siksa besar yang akan ditimpakan kepada orang-orang
Yahudi. Mereka akan jatuh pada jurang penderitaan, tak akan ada jalan untuk
menyelamatkan diri. Sesungguhnya anggapan orang Yahudi bahwa dirinya akan dapat
lepas dengan mudah dari azab itu adalah angan-angan kosong.
Pada surat Al- A’raf (7) ayat 147 menjelaskan Orang yang mendustakan
ayat-ayat Allah yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya, tidak mempercayai akan
adanya pertemuan dengan Allah pada hari akahir nanti, tidak percaya akan adanya
pembalasan yang akan diberikan pada hari itu. Maka segala amal baik yang telah
mereka kerjakan didunia tidak akan diberi pahala oleh Allah, dan Allah tidak
menganiaya sedikitpun, mereka akan disiksa sesuai dengan perbuatan dosa yang
telah mereka kerjakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dengan meyakini
adanya hari kiamat, kita akan berusaha mencari tahu tentang gambaran hari
kiamat, bagaimana terjadinya kiamat, tanda-tanda datangnya hari kiamat serta
kehidupan kita kelak di akhirat. Jika telah mengetahui ketiga hal tersebut,
maka secara otomatis kita akan termotivasi untuk meningkatkan iman kepada
Allah. Dan kita akan merasa takut akan ganjaran yang akan kita terima kelak di
akhirat jika kita melakukan banyak dosa.
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan yaitu Ayat-ayat tentang
Hari Akhir. Semoga apa yang telah dipaparkan dalam makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua dan menjadi referensi pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid
IV (Edisi yang Disempurnakan). Jakarta: Lentera Abadi
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Semarang: Effhar Offset,
1993. Jilid I & III
M. Quraish Syihab. 2009. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Muhammad Ahmad Isawi.2009. Tafsir Ibnu Mas’ud. Jakarta: Pustaka Azzam.
http: hari
akhir/Fungsi Beriman Pada Hari Akhir _ Sumber kita.htm
[1][1] http: hari
akhir/Fungsi Beriman Pada Hari Akhir _ Sumber kita.htm
[2][2] Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid
I,( Semarang: Effhar Offset, 1993) Hlm. 38-38
[3][3] Ibid, Hlm. 477
[4][4] Dalam Taurat
(Perjanjian Lama) hukuman mati dengan dirajam atau dibakar terhadap pezina atau
orang yang berbuat mesum terdapat antara lain dalam Imamat xx: 10-21. Dalam
Ulangan xxii: 20-21 disebutkan, bahwa jika tidak terdapat tanda-tanda keperawanan
pada seorang gadis, maka ia harus dibawa keluar rumahnya,”…. Dan orang-orang
sekotanya haruslah melempari gadis itu dengan batu sehingga mati….”
[5][5] Ibid, hlm 478
[6][6] Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid
VIII,( Semarang: Effhar Offset, 1993) Hlm. 252
[7][7] Ibid, hlm 256
[8][8] M.Quraish Syihab,
Tafsir Al-Misbah, (Jakarta:
Lentera Hati, 2009) Hlm.125
[9][9] Muhammad Ahmad Isawi,
Tafsir Ibnu Mas’ud, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009) Hlm. 44
[10][10] Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IV (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi,
2010) hlm.474
[11][11] Hlm. 476
[12][12] Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid
III,( Semarang: Effhar Offset, 1993) Hlm. 479
[13][13] Ibid, Hlm 482