BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik khususnya pada proses belajar mengajar.
Seseorang tidak pernah lepas dari bermacam hal yang dipengaruhinya, baik itu datang dari dalam individu maupun dari luar individu itu sendiri. Karena dalam proses belajar mengajar seseorang akan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dimana interaksi tersebut dappat membawa pengaruh yang positif dan negatif pada proses belajar siswa
Dalam hal ini pengaruh positif dan negatif tersebut akan mempengaruhi tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar. Pengaruh positif itu yang diharapkan, karena akan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan baik guna mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan pengaruh negatif akan menjadi penghambat bagi siswa dalam mencapai tujuan pendidikan atau dalam kata lain siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih peserta didik, jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun ancaman, hambatan, dan gangguan dapat juga dialami oleh peserta didik. Dalam pencapaian prestasi belajar, siswa tidak terlepas dari masalah dan tingkat kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing siswa dan masing-masing sekolah berbeda-beda.
Masalah-masalah dan tingkat kesulitan ini yang pada akhirnya masing sekolah berbeda-beda. Masalah-masalah dan tingkat kesulitan ini yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengajaran yang selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar siswa.

1.2    Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas kita dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.  Apa pengertian kesulitan belajar?
2.  Bagaimana ciri anak didik yang mengalami kesulitan belajar?
3.  Apa faktor penyebab kesulitan belajar?
4.  Bagaimana cara mengenali anak didik yang mengalami kesulitan belajar?
5.  Apa solusi untuk masalah kesulitan belajar?

1.3    Tujuan
Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan dari pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, baik budi pekerti nya dan sebagainya.
Sebuah sekolah atau lembaga pendidikan di katakan berhasil apabila anak didik berprestasi atau menimbulkan kemajuan dan perkembangan yang pesat terhadap sekolah maupun pada diri anak didik itu sendiri. Maka dari itu seorang hendaknya membantu apabila ada anak didiknya mengalami kesulitan dalam belajar agar program belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

1.4    Manfaat
Manfaat dari makalah mengenai “kesulitan belajar” ini adalah:
1.    Mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan kesulitan belajar, sekaligus mengetahui bagaimana cara penyelesaiannya.
2.    Mengetahui ciri-ciri anak yang sedang mengalami masalah kesulitan dalam belajar dan mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasinya.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang disebut dengan "Kesulitan Belajar".
Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang ber kesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan saja, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaan nya. Hanya yang membedakannya pada sifat jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang lain. Tetapi disadari atau tidak belajar datang pada anak didik.
Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.          
Kesulitan belajar mencakup pengertian yang luas dan termasuk hal-hal di bawah ini:
1.    Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.
2.    Learning Disabilities adalha ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3.    Learning Disfunction adalah gejala yang menunjukkan dimana proses     belajar mengajar seseorang tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda sub normalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.
4.    Underachiever adalah mengacu pada anak-anak yang memiliki potensi intelektual diatas normal tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5.    Slow Learner adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak.

2.2    Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
   Seringkali kita mendengar masalah atau keluhan tentang kesulitan yang dialami anak-anak dan remaja dalam menghadapi dan mengikuti pelajaran di sekolah, baik secara lisan, tulisan ataupun tugas-tugas yang perlu dilaksanakan.        Masalah keluhan itu timbul bukan semata-mata sebagai suatu reaksi spontan terhadap suatu keadaan, akan tetapi biasanya mulai dirasakan sebagai akibat dari suatu peristiwa yang kadang-kadang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Pada anak-anak dan remaja yang mengalami masalah sekolah, biasanya terdapat keluhan-keluhan umumnya sebagai berikut :
1)       Tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh.
2)       Prestasi sekolah menurun atau tidak ada kemajuan sama sekali.
3)       Timbulnya sikap-sikap atau tingkah laku yang tidak diinginkan.
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang meninjau dari sudut intern anak didik dan ekstern anak didik.
1.    Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri)
                    a.         Sebab yang bersifat fisik
1)  Karena sakit
2)  Karena kurang sehat
3)  Sebab karena cacat tubuh (ringan/serius)
                   b.         Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani
Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Faktor rohani meliputi antara lain:
1)  Inteligensi
2)  Bakat (potensi/Kecakapan dasar yang di bawa sejak lahir)
3)  Minat
4)  Motivasi
5)  Kesehatan mental.
2.    Faktor ekstern (faktor dari luar diri/lingkungan)
            Faktor ekstern anak didik yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi:
                                           a.         Lingkungan keluarga
      Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain:
1)         Faktor orang tua
2)         Suasana rumah/keluarga
3)         Keadaan ekonomi keluarga (miskin/kaya)
                   b.         Lingkungan perkampungan/masyarakat
1)  Teman bergaul
2)  Lingkungan tetangga
3)  Aktivitas dalam masyarakat
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik. Yakni berikut ini:
1.          Yang bersifat kognitif (ranah cipta)
2.          Yang bersifat afektif (ranah rasa)
3.          Yang bersifat psikomotor (ranah karsa)
Selain faktor-faktor diatas ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Faktor-faktor itu di pandang sebagai faktor khusus, misalnya sindrom psikologi berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Syndrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan belajar anak didik.
Jika sudut pandang diarahkan pada aspek lainnya maka faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di bagi menjadi faktor anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.
2.3    Langkah-Langkah Mengenali Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Seperti yang telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya ancaman hambatan, ataupun gangguan dalam belajar sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa di amati oleh orang lain guru ataupun orang tua.
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar misalnya:
1.  Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang di capai oleh kelompok kelas.
2.  Hasil yang di capai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
4.  Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5.  Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta dan lain-lain
6.  Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung dan lain-lain.
7.  Anak didik mendapatkan penurunan yang drastis dari prestasi yang diperoleh sebelumnya.
8.  Anak didik sering tidak masuk tanpa keterangan.
9.  Anak sering meninggalkan pelajaran tanpa alas an atau bolos.
Dari semua gejala yang tampak itu guru bisa menginterpretasi atau memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Atau bisa juga dengan cara lain, yaitu penyelidikan dengan cara observasi, interview, dokumentasi, atau tes diagnostik.

2.4    Mengidentifikasi Kasus Kesulitan Belajar
Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang di duga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, afektif dan efisien.
Secara garis besar langkah-langkah yang perlu di tempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik dapat dilakukan melalui:
1.    Pengumpulan data
Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode di antaranya:
a. Kunjungan rumah
b. Meneliti pekerjaan anak
c. Tugas kelompok/melaksanakan tes
2.    Pengolahan data
Dalam pengolahan data, langkah yang dapat di tempuh antara lain:
a. Identifikasi kasus
b. Membandingkan antar kasus
c. Membandingkan dengan hasil tes
d. Menarik kesimpulan
3.    Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
4.    Prognosis
Prognosis artinya "ramalan" apa yang telah di tetapkan dalam tahap diagnosis. Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberiukan kepada naka untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar
5.    Treatment
Treatment adalah perlakuan, maksudnya pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah di susun pada tahap prognosis.
6.    Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik artinya ada kemajuan yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.
Agar tidak terjadi kesalahan pengertian disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi kegagalan treatment berdasarkan evaluasi secara teoritis, langkah-langkah yang perlu di tempuh antara lain:
a. Re-diagnosis
b. Re-prognosis
c. Re-treatment
d. Re-evaluasi
Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar anak yang bersangkutan.

2.5    Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin. 
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.
Langkah-Langkah Tindakan Diagnosa Menurut C. Ross dan Julian Stanley, langkah-langkah mendiagnosis kesulitan belajar ada tiga tahap, yaitu:
1.      Langkah-langkah diagnosis yang meliputi aktifitas, berupa
a.       Identifikasi kasus.
b.      Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan
c.       Menemukan faktor penyebab baik secara internal maupun eksternal
2.  Langkah prognosis yaitu suatu langkah untuk mengestimasi (mengukur),
memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak.
3.  Langkah Terapi yaitu langkah untuk menemukan berbagai alternatif kemungkinan cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyembuhan kesulitan tersebut yang kegiatannya meliputi antara lain pengajaran remedial, transfer atau referal.
Kemampuan yang Harus Dimiliki Konselor .Berkait dengan perannya sebagai seorang konselor, tiap individu konselor harus memiliki kemampuan yang profesional yaitu mampu melakukan langkah-langkah :
1.      Mengumpulkan data tentang siswa
2.      Mengamati tingkah laku siswa
3.      Mengenal siswa yang memerlukan bantuan khusus
4.      Mengadakan komunukasi dengan orang tua siswa untuk memperoleh                 keterangan dalam pendidikan anak.
5.      Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga yang terkait untuk membantu memecahkan masalah siswa
6.      Membuat catatan pribadi siswa
7.      Menyelenggarakan bimbingan kelompok ataupun individual
8.      Bekerjasama dengan konselor yang lain dalam menyusun program bimbingan sekolah
9.      Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut
1.  Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
a.  Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b.  Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c.  Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d.  Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e.  Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial

2.  Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3.  Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
     Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
a)      Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
b)      Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
c)      Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
1.  Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
2.  Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3.  Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4.  Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
5.  Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6.  Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
7.  Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha – usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar
2. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada anak didik yaitu faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) dan faktor ekstern (faktor dari luar diri/lingkungan)
3. Cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar'
a. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar
d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar
e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
4. Usaha mengatasi kesulitan belajar pada anak didik yaitu:
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Diagnosis
d. Prognosis
e. Treatment
f.   Evaluasi.

3.2 Saran
1. Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar hendaknya bertanya kepada teman ataupun guru.
2. Bagi para guru atau pengajar harus lebih memahami karakteristik anak- anak didiknya sehingga para siswa lebih mudah memahami pelajaran
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: P2LPTK Depdikbud

Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV, Jakarta: IPBI

Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Gramedia



                 14***